Januari 30, 2010

Mesjid Raya Makassar

Pada awalnya Masjid Raya adalah sebuah lapangan yang kerap dijadikan tempat bermain bola dan tempat lahirnya Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ). Kini, di atas tanah seluas 13.912 meter persegi itu telah berdiri masjid megah yang dilengkapi berbagai fasilitas dan dapat menampung 10 ribu jemaah.

Masjid Raya Makassar awalnya dirancang M Soebardjo, kemudian diresmikan pada tanggal 25 Mei 1949. Lalu pada tahun 1957, Presiden pertama RI, Soekarno, melaksanakan salat Jumat di masjid ini. Sedangkan pada tahun 1967, mantan Presiden RI, HM Soeharto, juga berkunjung dan salat Jumat di masjid perjuangan ini lalu memberi sumbangan Rp 50 juta. Karena itu, kehadiran Masjid Raya merupakan tonggak sejarah masa lalu.

Dana awal pembangunan masjid ini hanya Rp 60 ribu yang diprakarsai KH Ahmad Bone, seorang ulama asal Kabupaten Bone pada tahun 1947, dengan menunjuk ketua panitia KH Muchtar Lutfi. Peletakan batu pertama pada Maret 1948. Masjid ini diresmikan pada 1949, ketika itu dengan menghabiskan biaya sebesar Rp 1,2 juta.

Bangunan induk masjid ini memuat 10 ribu jemaah, jika digabung dengan halaman masjid dapat menampung hingga 50 ribu jemaah. Ketika pertama kalinya ditempati salat Jumat pada Agustus 1949, sekalipun bangunannya belum rampung namun seluruh ruangan penuh sesak hingga melimpah ke jalan umum.

Pada masa itu, pemerintah menganjurkan semua masjid di kota ini ditutup dan bersatu di Masjid Raya guna melaksanakan salat Jumat berjemaah. Kegiatan tersebut membuat tentara KNIL yang masih berkuasa di Makassar, merasa gusar dan menyesali pemberian izin membangun masjid. Sebab, Masjid Raya tidak hanya sebagai tempat ibadah saja tapi juga digunakan sebagai markas pertemuan dan kegiatan pejuang kemerdekaan.

Lalu bagaimana ihwal arsitektur Masjid Raya ini memiliki dua ruang terpisah? Hal itu bermula ketika Muhammad Soebardjo memenangkan sayembara gambar bangunan Masjid Raya Makassar. Arsitek terkemuka itu menampilkan bentuk menyerupai model pesawat terbang. Di bagian depan dengan sayap di kanan-kiri merupakan teras.

Kemudian badannya yang memanjang dari barat ke timur dengan dua badan atau jalur badan pesawat, lalu bagian timur seperti ekor pesawat akan tetapi tidak meninggalkan keaslian masjid dengan menara, kubah, mihrab, dan lain-lain. Itu disebabkan, Soebardjo ketika itu membaca imajinasi masyarakat Makassar yang setiap harinya dihantui oleh pesawat pengebom B-29 yang melayang-layang di atas kota.

Pada bangunan aslinya, Masjid Raya memiliki Musafir Khana yaitu bangunan khusus tempat penampungan orang-orang terlantar atau musafir dan pelajar yang terputus bantuan dari orangtuanya sehingga memerlukan bantuan. Paling penting adalah masjid ini pertama kali lahir MTQ pada 1955 silam.

Seiring perjalanan waktu, Masjid Raya Makassar dirombak total dari bentuk aslinya pada Februari 1999. Saat itu, sempat terjadi silang pendapat terkait perombakan masjid. Tapi kini, masjid tersebut berdiri merah dengan gaya arsitektur Timur Tengah dengan sedikit sentuhan meditarian.

Masjid dua lantai di Jalan Bulusaraung ini menggunakan bahan bangunan sekira 80 persen dari bahan baku lokal, memiliki dua menara setinggi 66,66 meter, dan daya tampung 10 ribu jemaah serta fasilitas berupa perpustakaan, kantor dan Majelis Ulama Indonesia Sulsel.

Selain desain konstruksi fisik Masjid Raya Makassar dengan kubahnya setinggi 36 meter, juga menjadi andalan dan bentuknya sangat menarik adalah mihrab atau tempat imam/khatib yang menampakkan pada kebesaran Islam di Eropa tepatnya Cordoba Spanyol.

Kisah menarik yang dialami para perancang dan pelaksana proyek Masjid Raya Makassar, adalah penataan interiornya. Termasuk lukisan kaligrafi yang menghiasi dinding dan langit-langit masjid. Hasilnya bisa disaksikan sekarang, dimana pada bagian yang semula hanya berfungsi sebagai perekat struktur, terhias indah ayat-ayat suci Alquran. Begitupun bagian atas mihrab seluruhnya berhias Asmaul Husna.


dikutip dari berbagai sumber



Kabar Lainnya: